A.
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Konsep
dasar psikologi yang menjadi jantungnya
proses pembelajaran adalah belajar atau “learning”.
Winataputra mengintisarikan ciri pokok konsep belajar menurut Fontan (1981:147)
sebagai proses perubahan perilaku individu
yang relatif tetap sebagai hasil
dari pengalaman. Sedangkan konsep pembelajaran merujuk pada upaya penataan
lingkungan (fisik, sosial, kultural, dan psikologis atau spiritual) yang
memberi suasana bagi tumbuh dan berkembangnya proses belajar. Jadi, jika
dilihat dari individu yang belajar
proses belajar bersifat internal dan
unik, sedang proses pembelajaran
bersifat eksternal (datang dari luar diri) yang sengaja dirancang
dan karena itu bersifat rekayasa atau
”engeneering”.
Belajar
merupakan suatu proses internal dan unik, yang dialami oleh setiap individu.
Setiap individu memiliki pengalaman yang berbeda dalam prose belajar yang dialaminya.
Karenannya, proses belajar tidak dapat diwakili, tetapi harus dialami langsung
oleh individu yang bersangkutan.
Karena
pentingnya pendidikan IPA diberikan di sekolah, perlu dipahami bahwa untuk
menyajikannya harus diperharikan usia dari anak didik,perkembangan mentalnya
agar dengan mudah kita menetapkan kegiatan apa yang akan diberikan agar
prinsip-prinsip IPA dapat dimengerti anak dengan serta merta berubah tingkah
lakunya akibat proses belajar.
Untuk itu perlu
dipelajari teori-teori belajar dan penerapannya untuk pendidikan/pengajaran IPA
serta penerapannya juga, juga dapat menjelaskan aliran perkembangan mental dan
aliran tingkah laku dalam pengajaran IPA
2.
Rumusan Masalah
3.
Tujuan
B.
PEMBAHASAN
1.
Teori Belajar Piaget
Menurut
Piaget, dasar dari belajar adalah aktivitas anak bila ia berinteraksi dengan
lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya. Pertumbuhan anak merupakan suatu
proses sosial. Anak tidak berinteraksi dengan lingkungan fisiknya sebagai suatu
individu terikat, tetapi sebagai bagian dari kelompok sosial. Aktivitas mental
anak terorganisasi dalam suatu struktur kegiatan mental yang disebut ”skema”
atau pola tingkah laku.
Dalam
perkembangan intelektual ada tiga hal penting yang menjadi perhatian Piaget
yaitu struktur, isi dan fungsi.
a. Aspek struktur
Ada hubungan fungsional
antara tindakan fisik, tindakan mental dan perkembangan berfikir logis
anak-anak. Tindakan tindakan menuju pada perkembangan operasi-operasi, dan
selanjutnya menuju pada perkembangan struktur-struktur. Struktur ynag juga di
sebut skemata atau juga biasa disebut dengan konsep, merupankan organisasi
mental tingkat tinggi. Struktur intelektual terbentuk pada individu waktu ia
perlu interaksi dengan lingkungannya. Strktur yang terbentuk lebih memudahkan
individu menghadapi tuntutan yang makin meningkat dari linkungannya.
Dengan diperolehnya suatu sekemata
berarti teklah terjadi suatu perubahan dalam perkembangan intlektual anak.
b. Aspek isi
Yang dimaksud isi disini ialah pola prilaku anak
khas yng tercermin pada respon yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau
situasi yang di hadapinya. Perhatian piaget tertuju pada isi pikiran anak,
misalnya perubahan anak dalam kemampuan penalaran semenjak kecil hingga besar,
konsepsi anak tentang alam sekitarnya yaitu pohon-pohon, Matahari, bulan dan
konsepsi anak tentang beberapa peristiwa alam seperti bergeraknya awan dan
sungai. Kemudian perhatian di tujukan lebih dalam lagi yaitu analisis proses-proses
yang melandasi dan menentukan isi pikiran anak itu.
c. Aspek fungsi
Fungsi adalah cara yang
di gunakan organisme untuk membuat kemajuan intelektual. Perkembangan
intelektual didasrkan pada 2 fungsi yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi
memberikan organisme kemampuan untuk mensistimatikkan atau mengorganisasikan
proses-proses fisik atau proses-proses psikologis menjadi sistem yag teratur
dan berhubungan. Dengan organisasi, struktur fisik dan struktur psikologis
diintegrasikan menjadi struktur tingkat tinggi. Fungsi ke dua yang melandasi
perkembangan intelektual adalah adaptasi. Semua organisme lahir dengan
kecendrungan untuk menyesuaikan diri atau beradaptsi pada lingkungan. Cara
adaptasi ini berbaeda antar organisme yang satu dengan organisme yang lainnya.
Adaptasi terhadap lingkungan di lakukan melalui dua peroses yaitu asimilasi dan
akomodasi. Dalam proses asimilasi seseorang menggunakan stuktur atau kemampuan
yang sudah ada untuk menanggapi masalah yang di hadapi dalam lingkungannya. Dalam
proses akomodasi seseorang memrlukan modifikasi struktur mental yang ada dalam
mengadakan respon terhadap tantangan lingkungan
Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan
persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah
ada dalam pikirannya. Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang
menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema
yang telah ada. Proses asimilasi ini berjalan terus. Asimilasi tidak akan
menyebabkan perubahan/pergantian skema melainkan perkembangan skema. Asimilasi
adalah salah satu proses individu dalam mengadaptasikan dan mengorganisasikan
diri dengan lingkungan baru pengertian orang itu berkembang.
Akomodasi. Dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru
seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skema yang telah
dipunyai. Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan
skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian orang akan mengadakan akomodasi.
Akomodasi tejadi untuk membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan yang
baru atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan
itu.
Bagi Piaget
adaptasi merupakan suatu kesetimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Bila
dalam proses asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan adaptasi terhadap
lingkungannya maka terjadilah ketidakseimbangan (disequilibrium). Akibat
ketidakseimbangan itu maka terjadilah akomodasi dan struktur kognitif yang ada
akan mengalami perubahan atau munculnya struktur yang baru. Pertumbuhan
intelektual ini merupakan proses terus menerus tentang keadaan
ketidakseimbangan dan keadaan setimbang (disequilibrium-equilibrium).
Tetapi bila terjadi kesetimbangan maka individu akan berada pada tingkat yang
lebih tinggi daripada sebelumnya (equilibrasi).
Faktor-faktor yang menunjang
perkembangan intelektual
a. Kedewasaan
Perkembangan sistem sraf sentral otak
koordinasi motorik dan manifestsi fisik lainnya mempengaruhi perkembangan
kognitif.
b. Pengalaman fisik
Intraksi dengan linkungan fisik
digunakan anak untuk mengabstrak berbagai sifat fisik dar benda-benda. Sebagai
contoh bila anak menempatkan benda di air dan menemukan benda tersebut terapung
dalam air, maka ia sudah terlibat dalam peroses abstrak sederhana atau empiris.
c. Pengalaman logika/matematik
Bila anak mengamati benda-benda, selain
pengalaman fisik ada pula pengelaman lain yang di alami anak itu, yaitu waktu
ia membangun mengkonstruksi hubungan-hubungan antar objek-objek. Contoh; anak
yang sederhana menghitung beberapa kelereng yang di milikinya dan ia menemuka
10 konsep. Konsep 10 bukannya suatu sifat dari kelereng-kekerng itu malainkan
suatu konstruksi dai pikiran anak itu.
d. Transmisi sosial
Pengetahuan yang dipeoleh dari penglamam
fisik di abstraksi dari benda-benda fisik. Dalam hal ini, pengetahuan itu
datang dari orang lain. Pengaruh bahasa intruksi formal dan membaca begitu pula
intralsi denga teman-teman dan orang dewasa termasuk faktor transmisi sosial
dan memegang peranan dalam perkembangan intelektual anak.
e. Ekuilibrasi atau pengaturan sendiri
Kemampuan untuk mencapai kembali
kesetimbangan selam periode ketidakseimbangan.
Piaget
mengasumsikan bahwa perkembangan intelektual anak melewati empat urutan
perkembangan. Urutan tahap-tahap ini tetap bagi setiap orang, akan tetapi
urutan perkembangan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda pada setiap
anak. Keempat tahap yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Tahap sensorimotor :
umur 0-2 tahun.
Pada tahap
sensorimotor, intelegensi anak lebih didasarkan pada tindakan inderawi anak
terhadap lingkungannya, seperti melihat, meraba, menjamak, mendengar, membau
dan lain-lain.
b.
Tahap
Pra operasional : umur 2-7 tahun.
Tahap pra
operasional ini dapat dibedakan atas dua bagian. Pertama, tahap pra konseptual
(2-4 tahun), dimana representasi suatu objek dinyatakan dengan bahasa, gambar
dan permainan khayalan.
Kedua, tahap
intuitif (4-7 tahun). Pada tahap ini representasi suatu objek didasarkan pada
persepsi pengalaman sendiri, tidak kepada penalaran.
c.
Tahap
operasi kongkret : umur 7-11/12 tahun.
Tahap operasi
konkret (concrete operations) dicirikan dengan perkembangan sistem
pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang logis. Anak sudah
memperkembangkan operasi-oprasi logis. Operasi itu bersifat reversible,
artinya dapat dimengerti dalam dua arah, yaitu suatu pemikiran yang dapat
dikemblikan kepada awalnya lagi. Tahap opersi konkret dapat ditandai dengan
adanya sistem operasi berdasarkan apa-apa yang kelihatan nyata/konkret.
d.
Tahap
operasi formal: umur 11/12 ke atas.
Tahap operasi
formal (formal operations) merupakan tahap terakhir dalam perkembangan
kognitif menurut Piaget. Pada tahap ini, seorang remaja sudah dapat
berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoritis formal berdasarkan
proposisi-proposisi dan hipotesis, dan dapat mengambil kesimpulan lepas dari
apa yang dapat diamati saat itu. Cara berpikir yang abstrak mulai dimengerti.
Sifat pokok tahap
operasi formal adalah pemikiran deduktif hipotesis, induktif saintifik, dan
abstrak reflektif.
No.
|
Tahapan
|
Karakteristik
|
1.
|
Sensori motorik
(0-2 tahun)
|
a) Melakukan gerak refleks;
memegang, mengisap,menangis
b) Bermain, meniru (imitasi)
c) Sifat permanen objek
d) Non verbal
|
2.
|
Pra-operasional
(2-7 tahun)
|
a) Perkembangan bahasa sangat
pesat
b) Bersifat egosentris
c) Berpikir irreversibel
(tdk dpt diubah)
d) Cenderung berpikir memusat
|
3.
|
Operasional konkret
(7-11 tahun)
|
a) Berpikir reversibel
b) Mampu mengklasifikasi
c) Mampu melakukan operasi: +,
-, x, :
d) Memahami prinsip konservasi:
jumlah, volume, luas, berat, dan sebagainya
|
4.
|
Operasional formal
(11 tahun---→)
|
a) Mampu m’berikn alasan yg
proporsional & m’kombinasikn beberapa alasan
b) Mampu
m’identifikasi&m’kendalikn variabel
c) Mampu m’berikn alasan yg
bersifat deduktif-hipotetik
d) Mampu berpikir reflektif
|
2. Metode Restitasi
Ada beberapa
pengertian metode resitasi atau definisi yang dikemukakan oleh para ahli antara
lain sebagai berikut:
1. Menurut Nana Sudjana:
Tugas atau resitasi
tidak sama dengan pelajaran rumah tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas dapat
merangsang anak untuk lebih aktif belajar baik secara individual maupun
kelompok.
2. Menurut Syaiful
Bahri Djamarah dan Azwan Zain:
Metode Penyajian
bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan
belajar. Masalah tugas yang diberikan siswa dapat dilakukan di kelas, di
halaman sekolah, di laboratorium, di perpustakaan, di bengkel, di rumah siswa
atau dimana saja asal tugas itu dapat dikerjakan.
3. Menurut Mulyani dan
Johan Permana. H:
Metode pemberian tugas atau penugasan
diartikan sebagai suatu cara interaksi belajar
mengajar yang ditandai dengan adanya tugas dari guru yang dikerjakan peserta
didik di sekolah ataupun di rumah secara perorangan atau kelompok.
Berdasarkan
uraian di atas yang dimaksud dengan metode
resitasi atau penugasan adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan
tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar, yang mana kegiatan itu
dapat dilakukan di dalam kelas, di halaman sekolah, di laboratorium, di
perpustakaan, dirumah ataupun dimana saja asal tugas itu dapat di selasaikan. Metode pemberian tugas adalah suatu cara dari guru dalam
proses belajar mengajar untuk mengaktifkan siswa dalam belajar baik di sekolah
maupun di rumah dan untuk dipertanggung jawabkan kepada guru.
Metode resitasi biasanya diberikan
atau digunakan oleh guru dengan tujuan agar siswa itu memiliki hasil belajar
yang lebih mantap, dan untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, karena siswa
melaksanakan latihan-latihan selama melaksanakan tugas, sehingga pengalaman
siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi. Dan dengan metode ini
diharapkan siswa dapat belajar bebas tapi bertanggung jawab, dan murid-murid
akan berpengalaman, dan bisa mengetahui berbagai kesulitan. Dengan metode ini
siswa mendapatkan kesempatan untuk saling membandingkan dengan hasil sisa yang
lain, menarik anak didik agar belajar lebih baik, punya tanggung jawab dan
berdiri sendiri.
Metode resitasi ini juga digunakan
atau di berikan untuk merangsang anak agar anak tekun, rajin, dan giat belajar,
sehingga pada pada saat kegiatan belajar mengajar mereka sudah siap.Selain itu
metode ini diberikan karena dirasa bahan pelajaran terlalu banyak sementara
waktu sedikit, dalam artian bahan banyak tapi waktu kurang seimbang.Agar bahan
yang diberikan dapat sesui dengan waktu yang ada maka metode ini bisa
diberikan. Metode resitasi (tugas) dapat berupa antara lain:
a. Menyusun karya tulis
b. Menyusun laporan mengenai bahan bacaan
atau menyusun berita
c. Menjawab pertanyaan yang ada dalam buku
d. Tugas lain yang dapat menujang
keberhasilan siswa, dll
Pemberian tugas atau resitasi dapat
diberikan diawal pelajaran ataupun diakhir pelajaran, baik itu secara individu
atau secara kelompok, di dalam kelas atau di luar kelas.
Selain beberapa poin diatas yang harus diperhatikan oleh guru yaitu setiap pemberian tugas diharapkan agar mengecek tugas yang diberikan, sudah dikerjakan atau belum, kemudian dievaluasikan untuk memotivasi siswa dan untuk mengetahui hasil kerja siswa. Dengan demikian dapat bertanggung jawab terhadap tugasnya, selain itu siswa dapat lebih termotivasi untuk mempelajari materi yang akan disampaikan, sehingga ketika menerima pelajaran sudah siap, dan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dan sesuai dengan apa yang diinginkan.
Selain beberapa poin diatas yang harus diperhatikan oleh guru yaitu setiap pemberian tugas diharapkan agar mengecek tugas yang diberikan, sudah dikerjakan atau belum, kemudian dievaluasikan untuk memotivasi siswa dan untuk mengetahui hasil kerja siswa. Dengan demikian dapat bertanggung jawab terhadap tugasnya, selain itu siswa dapat lebih termotivasi untuk mempelajari materi yang akan disampaikan, sehingga ketika menerima pelajaran sudah siap, dan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dan sesuai dengan apa yang diinginkan.
Kelebihan Metode
Resitasi
Ada beberapa kelebihan metode resitasi menurut para ahli
antara lain:
a. Menurut Syaiful
Bahri Djamarah dan Aswan Zain kelebihannya:
1) Lebih merangsang
siswa dalam melakukan aktifitas belajar individual ataupun kelompok.
2) Dapat mengembangkan
kemandirian siswa diluar pengawasan guru.
3) Dalam membina
tanggung jawab dan disiplin siswa.
4) Dapat mengembangkan
kreatifitas siswa.
b. Menurut Mulyani:
1) Metode pemberian
tugas dapat membuat siswa aktif belajar.
2) Tugas lebih
merangsang siswa untuk lebih banyak, baik waktu dikelas maupun diluar kelas
atau dengan lain, baik siswa dekat dengan guru maupun jauh dengan guru.
3) Metode ini dapat
mengembangkan kemandirian siswa yang diperlukan dalam kehidupannya.
4) Tugas lebih
meyakinkan tentang apa yang akan dipelajari dari guru, lebih memperdalam,
memperkaya, atau memperluas pandangan tentang apa yang dipelajari.
5) Tugas dapat membina
kebiasaan siswa untuk mencari dan mengelola sendiri informasi dan komunikasi.
6) Metode ini dapat
membuat siswa bergairah dalam belajar karena kegiatan-kegiatan belajar dapat
dilakukan dengan berbagai variasi sehingga tidak membosankan.
7) Metode ini dapat
membina tanggung jawab dan disiplin siswa.
8) Metode ini dapat
mengembangkan kreatifitas siswa.
Kekurangan Metode
Resitasi
Ada beberapa kekurangan metode Resitasi antara lain :
a. Siswa sulit
dikontrol, apakah benar dia yang mengerjakan tugas ataukah orang lain.
b. Khusus untuk tugas
kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikannya adalah
anggota tertentu saja, sedangkan anggota lainnya tidak berpartisipasi dengan
baik.
c. Tidak mudah
memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa.
d. Sering memberikan
tugas yang menonton (tak bervariasi) dapat menimbulkan kebosanan siswa.
e. Seringkali anak
didik melakukan penipuan dimana anak didik hanya menitu hasil pekerjaan orang
lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
f. Terkadang tugas itu
dikerjakan orang lain tanpa pengawasan.
Dari pengertian diatas tampak
bahwa pelaksanaan metode ini banyak menuntut hakekat siswa sebab anak selalu
dituntut oleh guru untuk belajar sendiri baik itu untuk materi yang sudah
diterangkan ataupun yang belum diterangkan.
Ada langkah-langkah yang harus
diikuti dalam penggunaan metode pembelajaran tugas antara lain :
1. Fase Pemberian Tugas
Tugas
yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan :
a. Tujuan yang akan dicapai
b. Jenis tugas jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang
ditugaskan tersebut
c. Sesuai dengan kemampuan siswa
d. Ada petunjuk atau sumber yang dapat membantu pekerjaan
siswa
e. Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut.
Dalam fase ini tugas yang diberikan kepada setiap anak
didik harus jelas dan petunjuk-petunjuk yang diberikan harus terarah.
2. Langkah Pelaksanaan Tugas
a. Diberikan bimbingan
atau pengawasan oleh guru
b. Diberikan dorongan
sehingga anak mau bekerja
c. Diusahakan atau
dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain
d. Dianjurkan agar
siswa mencatat hasil-hasil yang dia peroleh dengan baik dan sistematik
Dalam fase ini anak didik belajar (melaksanakan tugas)
sesuai tujuan dan petunjuk-petunjuk guru.
3. Fase Mempertanggungjawabkan Tugas
a. Laporan siswa baik
lisan atau tertulis dari apa yang telah dikerjakannya
b. Ada tanya jawab diskusi kelas
c. Penilaian hasil pekerjaan siswa baik
dengan tes maupun non tes atau cara lainnya
Dalam fase ini anak didik mempertanggungjawabkan hasil
belajarnya baik berbentuk laporan lisan maupun tertulis.
Karena tugas yang dikerjakan pada akhirnya akan
dipertanggung jawabkan maka siswa akan terdorong untuk mengerjakan secara
sungguh-sungguh. Dengan metode ini sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari
sesuatu lebih mendalam.
Pelaksanaan
Metode Resitasi
Tugas dapat
dilaksanakan dalam berbagai kegiatan belajar baik perorangan atau kelompok.
Adapun pelaksaan yang ditempuh dalam metode ini antara lain:
1. Pendahuluan:
Pada langkah ini perlu mempersiapkan mental murid untuk
menerima tugas yang akan diberikan kepada mereka pada pelajaran inti, Untuk itu
perlu memberikan kejelasan tentang suatu bahan pelajaran yang dilaksanakan
dengan metode ini, diberikan contoh-contoh yang serupa dengan tugas jika
keterangan telah cukup.
2. Pelajaran inti:
Guru memberikan tugas, murid melaporkan hasil kerja mereka sementara
guru mengadakan
koreksi terhadap tugas-tugas tersebut, dan bila ditemukan kesalahan maka perlu diadakan diskusi.
3. Penutup:
Pada langkah ini murid bersama guru mengecek kebenaran
sementara murid disuruh mengulangi tugas itu kembali.
4.
Penerapan
dalam Pembelajaran Fisika
Menurut Wospakrik, Fisika sebagai salah
satu cabang IPA yang pada dasarnya bertujuan untuk mempelajari dan menganalisis
pemahaman kuantitatif gejala atau proses alam dan sifat zat
serta penerapannya. Pendapat tersebut diperkuat oleh pernyataan bahwa fisika
merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari bagian-bagian dari alam dan
interaksi yang ada di dalamnya.
Penerapan model belajar konstruktivis
dari Piaget menyatakan bahwa siswa yang
aktif menciptakan struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan.
Dengan bantuan struktur kognitif ini, siswa menyusun pengertiannya mengenai
realitasnya. Struktur kognitif senantiasa harus disesuaikan berdasarkan
tuntutan lingkungannya. Siswa tidak secara pasif menerima realitas-obyektif
yang diterimanya. Siswa berpikir aktif serta
mengambil tanggung jawab atas proses pembelajaran dirinya (Piaget, 1988
: 60).
Piaget juga berpendapat Pengetahuan diperoleh dari tindakan. Perkembangan kognitif sebagian
besar bergantung pada seberapa aktif anak memanipulasi dan berinteraksi dengan
lingkungan. Perkembangan kognitif bukan merupakan akumulasi dari kepingan
informasi terpisah, namun lebih merupakan pengkonstruksian oleh siswa untuk
memahami lingkungan mereka. Dalam pembelajaran fisika, guru hadir sebagai
fasilitator bagi siswa dalam mengkonstruksi pemahaman pengetahuannya. Belajar
fisika dapat menjadi daya tarik siswa jika penyajiannya melibatkan siswa secara
aktif baik dari mental maupun fisik dan bersifat nyata (kontekstual).
Siswa diberi kesempatan untuk melakukan
eksperimen dengan objek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman
sebaya. Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran yaitu
siswa hendaknya diberi peluang untuk berbicara dan diskusi dengan
teman-temannya.
Sebagai contoh , jika diperhatikan dengan seksama
konsep-konsep yang ada dalam materi fisika di SLTP sebagiannya akan ditemukan
konsep-konsep yang sifatnya abstrak. Agar siswa dapat memahami materi tersebut dengan lebih
bermakna maka diharapkan siswa sudah memiliki penalaran formal. Piaget
menyatakan bahwa anak-anak dianggap siap mengembangkan konsep khusus jika
memperoleh skemata yang diperlukan. Hal ini berarti anak-anak tidak dapat belajar (tidak dapat mengembangkan
skemata) jika tidak memiliki keterampilan kognitif. Artinya proses belajar
mengajar menjadi terhambat bila penalaran formal siswa tidak sesuai dengan yang
diperlukan.
Beberapa penelitian telah dilakukan
terkait dengan implementasi model konstruktivis dalam pembelajaran fisika.
Sadia (1996: 211) melakukan studi dengan menerapkan model belajar konstruktivis
dalam pembelajaran konsep energi, usaha dan suhu. Penelitian ini bertujuan
untuk menguji efektivitas pengembangan model belajar konstruktivis. Penelitian
ini menggunakan konflik kognitif sebagai strategi pengubahan miskonsepsi siswa
menuju konsep ilmiah yang berpijak pada teori konstruktivis Piaget dan
menggunakan metode diskusi yang berpijak pada teori konstruktivis Vygotsky.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa model belajar konstruktivis memiliki keunggulan komparatif terhadap
model belajar konvensional dan tidak adanya efek interaksi yang signifikan
antara inteligensi dan model belajar.
C.
KESIMPULAN
Kosong.. J
Togel Online !!! SGP | HKG | SYD
BalasHapusAyo Bertaruh Bersama kami di agens128. win
dapatkan potongan langsung pada setiap taruhan togel anda
Proses Depo Dan WD Tercepat yang Pernah ada !
Info Lebih Lanjut Hubungi Contact Kami :
BBM : D8B84EE1 / BBM : AGENS128
Line id : agens1288
WhatsApp : 087789221725
Telegram : AgenS128