Sejarah mencatat salah satu peletak dasar ilmu fisika optik
adalah sarjana islam Ibnu Al Haitham atau yang dikenal di Barat dengan sebutan
Alhazen, Avennathan atau Avenatan. Ilmuwan besar yang punya nama lengkap Abu Al
Hasan Ibnu Al Haitham Al Bashri Al Misri ini lahir di Basrah, Irak pada 965 M.
mengecap pendidikan di Basrah dan Baghdad, penguasaan matematikanya oleh Max
Mayerhof, seorang sejarawan dianggap mengungguli Euclides dan Ptolemeus.
Setelah selesai di kedua kota itu, Ibnu Haitham meneruskan
pendidikannya di Mesir dan bekerja di bawah pemerintahan khalifah Al Hakim (996
- 1020 M) dari daulah Fatimiyah. Diapun mengunjungi Spanyol untuk melengkapi
beberapa ahli karya ilmiahnya. Seperti sarjana islam lainnya, Ibnu Haitham
tidak hanya menguasai fisika, ilmu optik, tetapi juga filsafat, matematika dan
obat-obatan atau farmakologi. Tidak kurang 200 karya ilmiah mengenai beberapa
bidang itu dihasilkan Ibnu Haitham
sepanjang hidupnya.
Karya utamanya tentang optic naskah aslinya dalam bahasa
Arab hilang, tetapi terjemahannya dalam bahasa Latin masih ditemukan. Ibnu
Haitham mengoreksi konsep Ptolemeus dan Euclides tentang pengelihatan. Menurut
kedua ilmuwan Yunani itu mata mengirimkan berkas-berkas cahaya visual ke objek
pengelihatan sehingga sebuah benda dapat terlihat. Sebaliknya, menurut Ibnu Al
Haitham, retinalah pusat pengelihatan dan benda bisa terlihat karena
memantulkan sinar atau cahaya ke mata. Kesan yang ditimbulkan cahaya pada
retina dibawa ke otak melalui saraf-saraf optik.
Kepandaian matematis Ibnu Haitham terbukti ketika dia sangat
akurat menghitung ketinggian atmosfer bumi yaitu 58.5 mil. Dalam karyanya
Mizcmul Hikmah, Ibnu Haitham banyak mengurai tentang masalah atmosfer ini,
terutama berkait dengan ketinggian atmosfer dengan meningkatnya kepadatan
udara. Secara eksperimental, ia berhasil menguji berat benda meningkat dalam
proporsinya pada kepadatan atmosfer yang bertambah.
Ia juga membicarakan masaalh yang berhiubungan dengan pusat
daya tarik bumi. Jauh sebelum Newton membahas masalah gravitasi, Ibnu Haitham
telah membahasnya dan menjadikan pengetahuan tentang gravitasi itu untuk
penyelidikantentang keseimbangan dan alat-alat timbangan. Dalam kaitan itu
pula, Ibnu Haitham mengurai dengan jelas hubungan antara daya tarik bumi dengan
pusat suspense. Penjelasannya mengenai hubungan antara kecepatan, ruang dan
saat jatuhnya benda-benda diyakini menjadi ilham bagi Newton untuk
mengembangkan teori gravitasi.
Selain masalah cahaya dan atmosfer, Ibnu Haitham juga banayk
melakukan eksperimen mengenai kamera obscura atau metode kamar gelap, gerak
rectilinear cahaya, sifat bayangan, penggunaan lensa dan beberapa fenomena
optikal lainnya. Metode kamar gelap atau kamera obscura dilakukan Ibnu Haitham
saat gerhana bulan terjadi. Kala itu, ia mengintip citra matahari yang setengah
bulat pada sebuah dinding yang berhadapan dengan sebuah lubang kecil yang
dibuat pada tirai penutup jendela.
Untuk semua eksperimen lensa, Ibnu Haitham membuat sendiri
lensa dan cermin cekung melalui mesin bubut yang dimilikinya. Eksperimennya
yang tergolong berhasil saat ia menemukan titik focus seabgai tempat pembakaran
terbaik. Saat itu, ia berhasil mengawinkan cermin-cermin bulat dan parabola.
Semua sinar yang masuk dikonsentrasikan pada sebuah titik fokus sehingga
menjadi titik bakar.
Bukunya tentang optik, kitab al Manazir diterjemahkan ke
dalam bahasa Latin oleh F Risner dan diterbitkan di Basle pada 1572 M. Karyanya
ini bersama karya-karya optic lainnya sangat memepengaruhi ilmuwan abad pertengahan
seperti Roger Bacon, Johanes Keppler dan Pol Witello. Diyakini, banyak
karya-karya monumental dari mereka diilhami dari hasil eksperimen yang
dilakukan Alhazen atau Ibnu Haitham.
Menurut Philip K Hutti, tulisan-tulisannya mengenai berbagai
persoalan optik membuka jalan bagi para peneliti optik Barat di kemudian hari
mengembangkan disiplin ilmu ini secara lebih luas. Semua karya itu
diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa Eropa, termasuk Rusia dan Ibrani.
Sejarawan terkemuka Amerika, George Sarton mengumpulkan karya-karya Ibnu
Haitham dalam bukunya Introduction to the Study of Science yang menjadi bacaan
wajib bagi mereka yang mencintai ilmu.
0 komentar:
Posting Komentar