Senja datang
Angin mendesau, sepi…
Pasir-pasir beterbangan…
Berputar-putar…
Rasulullah dan para sahabat
mengumpulkan syuhada yang gugur dalam perang. Di antara para mujahid tersebut
terdapatlah tubuh Zulebid yang tengah bersandar di tumpukan mayat musuh.
Akhirnya dikuburkanlah jenazah zulebid di suatu tempat. Berdampingan dengan
para syuhada lain.
Tanpa dimandikan…
Tanpa dikafankan…
Tanah terakhir ditutupkan ke
atas makam Zulebid.
Rasulullah terpekur di
samping pusara tersebut.
Sejenak kemudian terdengar
suara Rasulullah seperti menahan isak tangis. Air mata berlinang di dari
pelupuk mata beliau
Lalu beberapa waktu kemudian
beliau seolah-olah menengadah ke atas sambil tersenyum. Wajah beliau berubah
menjadi cerah.
Belum hilang keheranan
shahabat, tiba-tiba Rasulullah menolehkan pandangannya ke samping seraya
menutupkan tangan menghalangi arah pandangan mata beliau.
Akhirnya keadaan kembali
seperti semula.
Para shahabat lalu
bertanya-tanya, ada apa dengan Rasulullah.
“Wahai Rasulullah, mengapa
di pusara Zulebid engkau menangis?”
Jawab Rasul, “Aku menangis
karena mengingat Zulebid. Oo..Zulebid, pagi tadi engaku datang kepadaku minta
restuku untuk menikah dan engkau pun menikah hari ini juga. Ini hari bahagia.
Seharusnya saat ini Engkau sedang menantikan malam Zafaf, malam yang ditunggu
oleh para pengantin.”
“Lalu mengapa kemudian
Engkau menengadah dan tersenyum?” Tanya sahabat lagi.
” Aku menengadah karena
kulihat beberapa bidadari turun dari langit dan udara menjadi wangi semerbak
dan aku tersenyum karena mereka datang hendak menjemput Zulebid,” Jawab
Rasulullah.
“Dan lalu mengapa kemudian
Engkau memalingkan pandangannya dan menoleh ke samping?” Tanya mereka lagi.
“Aku mengalihkan pandangan
menghindar karena sebelumnya kulihat, saking banyaknya
bidadari yang menjemput
Zulebid, beberapa diantaranya berebut memegangi tangan dan kaki Zulebid. Hingga
dari salah satu gaun dari bidadari tersebut ada yang sedikit tersingkap
betisnya….”
***
Di rumah, istri Zulebid
menanti sang suami yang tak kunjung kembali. Ketika terdengar kabar suaminya
telah menghadap sang ilahi Rabbi, Pencipta segala Maha Karya.
Malam menjelang…
Terlelap ia, sejenak berada
dalam keadaan setengah mimpi dan dan nyata.
Lamat-lamat ia seperti
melihat Zulebid datang dari kejauhan. Tersenyum, namun wajahnya menyiratkan
kesedihan pula.
Terdengar Zulebid berkata,
“Istriku, aku baik-baik saja. Aku menunggumu disini. Engkaulah bidadari
sejatiku. Semua bidadari disini pabila aku menyebut namamu akan menggumamkan
cemburu padamu…. “
Dan kan kubiarkan engkau
yang tercantik di hatiku.
Istri Zulebid, terdiam.
Matanya basah…Ada sesuatu
yang menggenang disana..
Seperti tak lepas ia mengingat
acara pernikahan tadi pagi..
Dan bayangan suaminya yang
baru saja hadir..
Ia menggerakkan bibirnya..
“Suamiku, aku mencintaimu…
Dan dengan semua ketentuan
Allah ini bagi kita..
Aku ikhlas….
0 komentar:
Posting Komentar